Tampilkan postingan dengan label Thailand. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Thailand. Tampilkan semua postingan

Koh Ped, Pulau di Thailand yang Dikuasai Ratusan Monyet Makaka


Melancongyuk - Bagi kamu yang pernah plesir ke Thailand pasti tidak mau melewatkan Pattaya sebagai destinasi utama. Sesampai di Pattaya, sempatkan untuk menyeberang dari Bang Saray ke pulau kecil di sebelah baratnya. Di sana lah terdapat Koh Ped, pulau yang dihuni ratusan monyet makaka.

Monyet makaka (Macaca fascicularis) adalah penghuni asli di pulau itu. Koh Ped berarti pulau bebek, namun anehnya tidak ada bebek di sana, melainkan kawanan monyet makaka ekor panjang yang disebut Ling Samae oleh warga sekitar. Oleh karenanya, penduduk setempat lebih sering menyebutnya Koh Ped sebagai Koh Ling yang berarti pulau monyet.

Makaka ekor panjang memang tersebar luas di negara-negara Asia Tenggara. Sangat mudah beradaptasi, populasi monyet makaka mudah berkembang baik. Monyet ini juga pandai berenang, bahkan suka berburu kepiting untuk dimakan. Di Koh Ped, mamalia ini kerap berenang di bibir pantai dan menyambut turis, bahkan saat kapal mereka baru tiba.

A post shared by Tereza Procházková (@terezawalk) on

Koh Ped sendiri tidak begitu subur. Vegetasi tropis yang tumbuh di sana tidak begitu lebat, sehingga persediaan makanan bagi monyet di pulau seluas 24 hektare itu terbatas. Akibatnya, mereka sangat bergantung pada makanan yang diberikan turis.
Sayangnya, kunjungan turis tak selalu tinggi. Pada bulan-bulan tertentu, seperti Mei hingga September adalah low season bagi arus wisatawan. Di saat itulah kawanan monyet di Koh Ped kekurangan suplai makanan.
Untungnya, angkatan laut Kerajaan Thai atau Royal Thai Navy secara berkala membawa makanan untuk mereka. Mulai dari buah-buahan hingga kacang-kacangan, sangat disukai Ling Samae.

Jika kamu berencana berkunjung ke Koh Ped, jangan lupa membawa ‘bingkisan’ untuk perut kawanan monyet di sana. Boleh pisang atau kacang, namun buah favorit mereka adalah semangka. Jangan takut memberi makan langsung dari tanganmu, karena monyet-monyet itu sangat bersahabat dengan manusia.

Kalau Berani, Jalan-Jalan ke “Taman Neraka” Bangkok


Melancongyuk - Bangkok, Thailand punya satu destinasi yang cukup ‘mencekam’. Pasalnya, tempat ini memberikan gambaran bagaimana orang-orang yang melakukan tindakan dosa akan disiksa di ‘neraka’.

Ya, sebuah destinasi bernama Wang Saen Suk  bisa jadi salah satu tempat liburan yang menyeramkan. Karena di tempat ini, patung-patung dibuat menggambarkan suasana penyiksaan yang terjadi di ‘neraka’.

Setelah melewati tanda “Selamat Datang di Neraka!”, pengunjung akan langsung menemukan orang berdosa direbus dalam kuali tembaga besar. Ada pula pemandangan orang-orang berdosa dirontokkan oleh anjing neraka serta banyak pemandangan manusia kurus sampai tulang rusuknya menonjol.
Hingga di tempat ini ada peringatan yang berbunyi, "jika Anda bertemu Iblis dalam kehidupan ini, jangan menunda pahala yang akan membantu Anda untuk mengalahkannya di kehidupan berikutnya. Donasi sedikit setiap hari dan Anda akan memiliki kehidupan yang bahagia."

Dilansir dari Unusualplaces.org, menurut Traibhumi Phra Ruang, kepercayaan umat Budha saat meninggal mereka akan bertemu dengan empat makhluk surga yang memeriksa catatan perbuatan baik dan buruk selama di dunia. Jika perbuatan baik melebihi yang buruk, maka mereka akan ke surga. Jika sebaliknya, maka akan dihukum.


Bentuk-bentuk penyiksaan inilah yang terdapat di Wang Saen Suk. Bagaimana para pendosa tersebut digambarkan dengan penyiksaan sesuai dengan kesalahannya masing-masing. Seperti ada lubang Loganta yang diperuntukkan bagi mereka yang telah menyakiti orang tua dan bhikkhu secara fisik.

Wang Saen Suk ini terletak di 150 Bang Saen Sai 2 Road, Tambon Saen Suk, Amphoe Mueang Chon Buri, Thailand. Jaraknya sekitar 90 perjalanan ke luar Bangkok menuju ke Pattaya. Sebuah taman yang menggambarkan bagaiman seharusnya neraka umat Budha.

Tak hanya bertujuan untuk menakut-nakuti, melainkan juga sebagai pembelajaran. Agar semua orang tahu bahwa hukuman di neraka itu ada, namun ada pula ilustrasi bonus dari karma yang baik. (Sportourism)

Mendaki Air Terjun Lengket di Thailand


Melancongyuk -  Anda pernah mendaki air terjun? Mungkin terdengar mustahil, apalagi dengan derasnya air yang mengalir akan membuat hanyut atau terpental.

Ternyata ada air terjun yang bisa didaki layaknya mendaki gunung. Tempatnya di Taman Nasional Si Lanna, Chiang Mai, Thailand.

Bila ke Thailand, Anda  mesti menyambangi air terjun Bua Thong, atau yang dikenal masyarakat sekitar dengan nama Air Terjun Sticky. Jika Sahabat Sporto artikan sticky memiliki pengertian lengket.

Karena lengketnya inilah Anda bisa mendaki air terjun. Hal yang menyebabkan lengketnya air yang mengalir di air terjun ini, karena kaya kandungan kalsium dari celah bebatuan kapur.

Anda bisa mendaki dengan bebas, karena air terjunnya lengket dan bebatuannya tidak berlumut atau ganggang yang biasa ada di bebatuan air terjun.  

Keunikan lainnya dari air terjun di Negeri Gajah Putih ini pada kandungan kalsium yang tinggi. Membuat warna airnya tidak bening, justru malah menjadi putih dan lengket.

Kid Mai Death Cafe, Restoran di Thailand Bertema Kematian


Melancongyuk - Kafe bertema khusus akhir-akhir ini tengah digandrungi. Dari kafe kucing, kafe di dalam penjara, hingga kafe bertema horror dengan pegawai-pegawai berkostum setan, kafe-kafe yang tidak hanya menonjolkan makanan enak namun juga ide dan dekorasi menarik laris diserbu oleh pecinta kuliner.

Dilansir dari Oddity Central, jika biasanya tema-tema kafe yang dipilih merujuk pada hal-hal yang seru dan menyenangkan, tema yang dipilih sebuah kafe di area Khet Phaya Thai, Thailand ini lebih suram, yakni kematian.

Sebelum memasuki Kid Mai Death Cafe, pengunjung harus terlebih dulu melewati sebuah terowongan gelap. Tiap beberapa meter di dalam terowongan hitam ini, tergantung papan-papan di langit-langit yang mulai memberikan suasana kelam lewat kata-kata seperti, "Apakah ada yang menunggumu di rumah?"


Setelah melalui terowongan, pengunjung akan memasuki wilayah outdoor kafe dengan interior dan dekorasi yang didominasi warna hitam.

Mengikuti tema yang diusung, nama makanan-makanan yang ada di dalam menu mengandung kata-kata seperti "sakit," "tua," dan "kematian." Makanan-makanan ini juga dipajang sebagai foto-foto pemakaman.

Karangan bunga yang sering diberikan ketika seseorang meninggal merupakan dekorasi yang ditemukan di tiap sudut kafe ini. Sebuah tengkorak juga dapat ditemukan terbaring sendirian di atas sofa hitam. Nasihat-nasihat yang mengingatkan akan kematian terpampang di berbagai penanda.


Pada sebuah papan yang ditempel di karangan bunga, tertulis, "Apakah kamu siap jika malam ini kamu tidur dan tidak bangun lagi?" Papan lain di dekat pohon berkata, "Pada akhirnya, kamu tidak akan bisa membawa apa-apa bersamamu."

Selain itu, terdapat sebuah peti mati berwarna putih di salah satu sudut kafe. Pengunjung yang berani berbaring di dalamnya selama tiga menit akan mendapat potongan harga bagi makanan yang mereka pesan. 

Pesona Wat Arun di Bangkok

Sungai Chao Phraya
Sebelum menikmati kuil indah di Bangkok, jalur yang dapat dilalui wisatawan adalah menyusuri sungai Chao Phraya. Sungai ini membelah Bangkok menjadi dua bagian yang hampir sama. Panjang sungai Chao Phraya ini sekitar 372 kilometer, dan mengalir sepanjang bagian Thailand. Jadi, sungai ini merupakan sungai utama di Thailand.

Dari sungai inilah, pariwisata Thailand mendapatkan angin segar, karena salah satu jenis transportasi yang dijadikan sebagai andalan pariwisata di Thailand adalah perahu-perahu wisata. Sungai ini nampak terawat, tak banyak sampah yang tertangkap oleh mata, sedangkan perahu dengan bebas berlalu-lalang dan mengantarkan wisatawan. Bisa di bilang, sungai inilah yang memutar roda pariwisata Thailand. Sungguh luar biasa.

Kuil Fajar
 Wat Arun disebut juga sebagai kuil fajar atau candi fajar. Candi ini merupakan Candi budha yang terletak di distrik Bangkok Yai, kota Bangkok, di tepi barat sungai Chao Phraya. Dikutip dari wikipedia, Nama panjang Wat Arun adalah Wat Arunratchawararam Ratchaworamavihara.

Wat Arun dibangun pada masa kerajaan Ayutthaya, yang dikenal dengan sebuat Wat Makok. Setelah Raja Rama II & Raja Rama IV berkuasa, Wat Makok kemudian diganti nama menjadi Wat Arun seperti sekarang.

Dari sungai Chao Phraya, Wat Arun terlihat megah dan terlihat indah. Apabila senja maupun matahari terbit, keindahan Wat Arun tak tertandingi. Banyak momen yang bisa diabadikan pada dua waktu tersebut. Menikmati sebuah bangunan dengan tinggi sekitar 70 meter ini, bisa memberikan rasa senang, karena memang Wat Arun terkenal dengan sebutan "Temple of Dawn", kuil atau candi yang indah saat terbenam matahari.
 
Ornamen dari porselen dan keramik dari Tiongkok
Detail ornamen Wat Arun mengingatkan pada sebuah guci yang terbuat dari porselen dan keramik dari Tiongkok. Dinding candi ini berwarna-warni layaknya keramik dari Tiongkok. Berkeliling Wat Arun haruslah ektra hati-hati karena tangganya memiliki sudut yang sangat sempit dan memiliki tangga yang sempit dan cukup menukik. Namun, apabila telah sampai pada puncaknya, pemandangan yang sangat indah akan terlihat dengan jelas. Sebuah lukisan alami yang bisa dilihat dengan mata telanjang sebuah pemandangan aktivitas sungai Chao Phraya dan kota Bangkok.

Pemandangan dari puncak Wat Arun
Disekitar Wat Arun, terdapat tempat penyewaan baju tradisional Thailand, dan dapat digunakan untuk berfoto-foto ria. Dalam kompleks Wat Arun, terdapat beberapa kuil disekitar Wat Arun, bagunan tersebut sebetulnya merupakan tempat pemujaan terhadap Budha. Sedangkan, waktu ideal untuk berkunjung adalah sekitar sore menjelang tutup, disamping tidak panas, wisatawan juga dapat mengabadikan Wat Arun saat senja tiba.

Saat turun dari perahu yang digunakan menyebrang dari Dermaga N8 (Membayar 3 Bath), banyak penjual yang menjajakan barang dagangannya. Pada saat disana, saya sempat ditawari beberapa produk souvenir, namun saya tidak tertarik. Namun, alangkah bijaknya, apabila wisatawan dapat menawar, karena kemungkinan harganya telah dinaikan sebelumnya.

Saat memotret patung Budha, saya sempat bertemu orang Bandung disana. Saat itu, mereka telah berkeliling Bangkok, dan hari ini merupakan hari terakhirnya. Mereka menjelaskan bahwa bangkok ini menarik dan wisatanya sangat terjaga rapi. Kapan Indonesia dapat meniru pariwisata Thailand? Jawabnya mari kita renungkan bersama. 



Pemandangan dari puncak Wat Arun

Tiket masuk ke Wat Arun termasuk murah sekitar 50 Bath, atau dalam rupiah sekitar 15 ribu. Sedangkan jam buka atau operasional Wat Arun jam 8.00 – 17.30 waktu Bangkok atau sama dengan WIB.

Mengunjungi Wat Arun, ada 2 moda tranportasi yang harus digunakan, yaitu BTS (Sky Train) dan Perahu. Sebelumnya, anda harus naik BTS sampai ke Saphan Taksin Station (Map diatas), yang bisa dilalui dengan transit terlebih dahulu di Siam Station. Kemudian, dari Saphan Taksin berjalanlah ke dermaga Than Thien yang berjarak kurang lebih 5 menit. Setelah itu naik ke boat berwarna orange/biru dengan tarif antara 15-40 Bath. Kemudian, setelah melalui sungai Chao Phraya berhentilah di N8 Wat Arun.

Untuk info map BTS silahkan kunjungi BTS Map

Tempat wisata yang berdekatan dengan Wat Arun, adalah Wat Pho Kaew dan Grand Palace.

Sumber: bluepackerid