Banyak orang mengira Ibu Kota Turki adalah Istanbul, padahal yang tepat adalah Ankara. Istanbul memang lebih populer karena merupakan gerbang utama masuknya turis ke Turki. Kota ini juga memiliki keunikan berada di dua benua, Asia dan Eropa.
Kedua bagian darat kota terbesar di Turki ini terpisahkan oleh Selat Bhosphorus dan keduanya dihubungkan dengan jembatan. Hal inilah yang membuat wisatawan tertarik untuk merasakan sensasi melintas dua benua dalam satu negara bahkan kota. Di luar itu, Istanbul yang dulu bernama Konstantinopel menarik karena memiliki sejarah peradaban yang kaya.
Banyak bukti sejarah dan bangunan megah bercita rasa seni berdiri di sana, seperti Museum Hagia Sophia, Blue Mosque, dan Topkapi Palace. Tiga bangunan tersebut berada di kawasan Sultan Ahmed Square. Jika Anda sedang berada di Istanbul, tiga bangunan ini wajib dikunjungi.
Dan saat berkunjung ke Istanbul, carilah penginapan di kawasan Sultan Ahmed Square karena Anda bisa leluasa menjangkau tiga bangunan tersebut hanya dengan berjalan kaki.
Namun, jika tak menginap di kawasan Sultan Ahmed Square, Anda bisa naik trem, sarana transportasi paling mudah dan murah menuju stasiun Sultan Ahmet. kemudian bisa berjalan kaki sekitar 3 menit menuju tiga bangunan bersejarah tersebut. Waktu terbaik untuk mengunjungi kawasan ini, pada saat musim semi ketika udara sangat sejuk dan bunga tulip bermekaran.
|
Museum Hagia Sophia |
Tempat bersejarah pertama yang bisa dikunjungi adalah Museum Hagia Sophia (dalam bahasa Yunani), atau Sancta Sophia (Latin) dan The Church of the Divine Wisdom (Inggris).
Sementara itu, orang Turki menyebutnya Aya Sofya. Jika kebetulan Anda pernah menonton film 99 Cahaya di Langit Eropa, pasti tak asing dengan museum ini karena menjadi tempat syuting film tersebut.
Lokasi Hagia Sophia berada tepat berseberangan dengan Blue Mosque. Tiket masuk seharga 40 lira atau setara Rp 150 ribu.
Namun jika ingin berhemat, kita bisa membeli museum pass atau muzekart. Pada pagi hari, saat bus wisatawan berdatangan, penumpang harus antre panjang untuk bisa memasuki area museum.
Jika tak ingin terjebak antrean, datanglah pagi hari sekitar pukul 09.00 waktu Istanbul, saat museum baru dibuka, atau sore hari, saat rombongan tur sudah meninggalkan Hagia Sophia.
Saat memasuki kawasan ini, barang-barang bawaan harus masuk pemeriksaan X-Ray. Menelusuri bangunan ini, kita akan dibuat kagum. Hagia Sophia dibangun di atas tanah dengan lebar 70 meter dan ketinggian 75 meter dengan dome (kubah) berdiameter 31 meter.
Dialihfungsikan
Dilansir dari situs resminya, sebelum menjadi museum, Hagia Sophia kali pertama dibangun sebagai sebuah gereja Ortodoks. Tak heran jika Hagia Sophia memiliki gaya arsitektur khas Byzantium.
|
Ornamen-ornamen Kristen dan Islam di dalam Hagia Sophia |
Setelah Kota Konstantinopel jatuh ke tangan Dinasti Usmaniyah pada 1453, Hagia Sophia dialihfungsikan sebagai masjid, mengingat ekspansi dinasti ini membawa napas Islam yang kental di dataran Eropa. Saat difungsikan sebagai masjid, pernak-pernik Kristen dicopot dan lukisan-lukisan pada dinding ditutupi cat.
Pada 1937, Mustafa Kemal Ataturk, seorang perwira militer dan negarawan Turki mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok hingga ditemukan kembali lukisanlukisan sakral Kristen.
Jadi jangan heran jika Anda akan melihat paduan ornamen-ornamen Islam dan Kristen sekaligus menghias seluruh isi bangunan ini, mulai dari ukiran, lukisan dinding hingga perabotan. Anda akan melihat tulisan-tulisan Arab bernuansa Ketuhanan dan Nabi Muhammad berdampingan dengan simbol Kristen, Bunda Maria, dan Yesus Kristus.
Dari lantai satu, kita bisa melihat dengan jelas keindahan langit-langit bangunan dan detail kaligrafi Islam dan simbol Kristen yang berdampingan. Setelah itu, naiklah ke lantai dua melewati lorong batu yang unik. Di lantai ini, Anda akan menemukan satu mosaik bergambar Yesus Kristus.
|
Blue Mosque |
Dari lantai dua ini, kita juga bisa melihat Blue Mosque dari jendela di antara kubah yang ada di Hagia Sophia. Di dalam museum ini tersimpan sekitar 10.000 surat dari khalifah Utsmaniyah untuk menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pembawa suaka.
Puas menelusuri jejak sejarah Kristen dan Islam di Hagia Sophia, Anda bisa menyeberang menuju Blue Mosque. Masjid ini sebenarnya bernama Sultan Ahmed Camii diambil dari sang empu-nya, yaitu Sultan Ahmed I dari dinasti Ottoman yang berkuasa pada 1603-1627.
|
Blue Mosque dari depan |
Blue Mosque dibangun untuk menyaingi kemegahan Hagia Sophia. Sultan Ahmed I memerintahkan Mehmed Aga, seorang arsitek kenamaan pada masa itu untuk merancang sebuah masjid yang sangat megah tepat di seberang Hagia Sophia.
Konon Sultan Ahmed I meminta untuk dibuatkan masjid dengan empat menara yang terbuat dari emas. Namun yang berdiri bukanlah masjid dengan empat menara emas, melainkan enam menara yang bukan dari emas. Itu karena sang perancang salah mendengar permintaan sang Sultan.
Salah Dengar
Emas yang dalam bahasa setempat disebut “altin”, justru malah terdengar “alti” yang berarti enam. Maka dibangunlah masjid sesuai dengan permintaan versi pendengaran si arsitek. Mehmed Aga panik dan berpikir akan dipenggal karena kesalahannya.
Tapi yang terjadi, Sultan Ahmed justru terpesona dengan keindahan enam menara yang mengitari masjid yang dibangun selama tujuh tahun tersebut. Meski bangunan ini sempat membuat sang sultan mendapat kritik karena jumlah menaranya sama dengan Masjidil Haram di Makkah, namun Blue Mosque justru menjadi terkenal di seluruh dunia.
Keindahan masjid ini terlihat bukan hanya dari eksterior yang dihias enam menara menjulang, namun juga kubah-kubah biru yang seolah saling bertumpu di ketinggian dengan ukuran yang berbeda.
Kubah tertinggi memiliki diameter 23,5 meter dan tinggi 43 meter. Taman indah juga turut menghiasi bagian luar masjid. Interiornya juga sangat memesona, dindingnya dilapisi keramik dengan 50 desain bunga tulip yang berbeda.
Keramik pada lantai bawah memiliki desain khas motif tradisional Turki, sementara keramik pada lantai galeri berdesain bunga dan buah-buahan. Di lantai atas masjid ini, interiornya didominasi oleh cat biru.
Lebih dari 200 kaca hias dipakai sebagai jendela masjid yang bisa memberi jalan bagi cahaya untuk menerangi ruangan. Lampu-lampu indah digantung menyinari kaligrafi-kaligrafi buatan Seyyid Kasim Gubari yang terukir pada dinding masjid.
Bagian dalam dari masjid tak bisa sembarangan dimasuki. Wisatawan yang tidak akan beribadah hanya boleh masuk hingga saf bagian belakang karena yang di depan digunakan untuk ibadah. Saat masuk pun terdapat aturan.
Pengunjung harus berpakaian sopan seperti yang diisyaratkan dalam agama Islam. Sebelum berkeliling menyusuri bangunan bersejarah di kawasan Sultan Ahmed, Anda sebaiknya membeli museum pass atau muzekart, yaitu kartu diskon untuk mengunjungi berbagai museum di Istanbul, yang berlaku hanya untuk turis.
Kartu ini dikeluarkan oleh Departemen Pariwisata Istanbul. Untuk bisa membeli museum pass seharga 85 lira, turis harus memperlihatkan paspor.
Kartu ini berlaku selama lima hari dan tiket untuk anak di bawah 12 tahun, gratis. Tempat-tempat yang bisa dikunjungi dengan kartu ini antara lain Hagia Sophia, Istana Topkapi, Harem di dalam Istana Topkapi, Archeological Museum, Museum of Turkish and Islamic Arts, Istanbul Mosaic Museum, dan Museum Chora.
Kartu ini juga bisa dijadikan kartu diskon di berbagai toko yang bekerja sama dengan Departemen Pariwisata Istanbul. Keuntungan lain dari kartu ini, kita dapat memotong antrean panjang dan langsung masuk ke destinasi wisata karena dengan kartu ini kita tidak perlu lagi mengantre untuk membeli tiket masuk.