Sate kere buatan Bu Tugiyem di Solo, Jawa Tengah |
Sate kere adalah salah satu ikon kuliner dari Solo. Tempe gembus menjadi bahan utama pembuatan sate kere. Meski tampak sederhana, sate kere merupakan makanan kesukaan Presiden Joko Widodo.
Presiden Jokowi, pernah menuliskan dalam laman Facebooknya bahwa sate kere merupakan makanan favoritnya di Solo. Hidangan ini terbuat dari ampas sisa pembuatan tempe. Setelah direndam dalam bumbu bacem dan dibakar di atas bara api, sate kere disajikan bersama guyuran sambal kacang manis pedas.
Salah satu hidangan favorit Jokowi dan keluarga adalah sate kere buatan Tugiyem (51) yang tertelak di Jalan Arifin No 63. Tepatnya di parkiran Depot Es Nini Thowong.
"Sate kere ini konon sudah ada sejak zaman Pasar Klewer berdiri. Kata orang dulu, sate kere ini jualnya pakai gendongan. Di atas kepala ditaruh arang bakaran. Kalau angin sedang kencang apinya nyala, jadi kadang orang kira itu kebakaran," jelas Marimin (58) suami Tugiyem, Minggu (17/9/2017).
Kere dalam bahasa Jawa berari miskin. Sate kere muncul pertama kali pada zaman kolonial. Kala itu sate menjadi makanan mahal, ketika penjajah umumnya menyantap sate berbahan dasar daging.
Orang Indonesia kemudian menciptakan sate dalam versinya sendiri, yang tentunya berbujet minim. Bahan yang digunakan adalah tempe, tempe gembus (terbuat dari sari kacang kedelai), dan berbagai jeroan.
Meski dibuat dari bahan yang sederhana, tetapi jangan remehkan rasanya. Sate kere buatan Tugiyem sangat empuk dan bumbunya menyerap sempurna.
Presiden Jokowi, pernah menuliskan dalam laman Facebooknya bahwa sate kere merupakan makanan favoritnya di Solo. Hidangan ini terbuat dari ampas sisa pembuatan tempe. Setelah direndam dalam bumbu bacem dan dibakar di atas bara api, sate kere disajikan bersama guyuran sambal kacang manis pedas.
Salah satu hidangan favorit Jokowi dan keluarga adalah sate kere buatan Tugiyem (51) yang tertelak di Jalan Arifin No 63. Tepatnya di parkiran Depot Es Nini Thowong.
"Sate kere ini konon sudah ada sejak zaman Pasar Klewer berdiri. Kata orang dulu, sate kere ini jualnya pakai gendongan. Di atas kepala ditaruh arang bakaran. Kalau angin sedang kencang apinya nyala, jadi kadang orang kira itu kebakaran," jelas Marimin (58) suami Tugiyem, Minggu (17/9/2017).
Kere dalam bahasa Jawa berari miskin. Sate kere muncul pertama kali pada zaman kolonial. Kala itu sate menjadi makanan mahal, ketika penjajah umumnya menyantap sate berbahan dasar daging.
Orang Indonesia kemudian menciptakan sate dalam versinya sendiri, yang tentunya berbujet minim. Bahan yang digunakan adalah tempe, tempe gembus (terbuat dari sari kacang kedelai), dan berbagai jeroan.
Meski dibuat dari bahan yang sederhana, tetapi jangan remehkan rasanya. Sate kere buatan Tugiyem sangat empuk dan bumbunya menyerap sempurna.
"Favorit orang-orang biasanya sate ginjal. Kalau kata orang sate saya enak soalnya bumbunya pedas," kata Tugiyem.
Bumbu yang digunakan untuk menyantap sate kere ini adalah bumbu kacang menyerupai bumbu pecel, tetapi lebih kental. Ada rasa gurih, manis, asam, dan wangi dari daun jeruk dari bumbu kacang buatan Tugiyem.
Bumbu yang digunakan untuk menyantap sate kere ini adalah bumbu kacang menyerupai bumbu pecel, tetapi lebih kental. Ada rasa gurih, manis, asam, dan wangi dari daun jeruk dari bumbu kacang buatan Tugiyem.
Sebelum dibakar, sate juga direndam lagi dengan campuran bumbu rahasia sehingga seluruh bumbu terasap sempurna pada sate kere. Meski hanya berjualan di gerobak, sate buatan Tugiyem ini sangat ramai pembeli.
"Ini bumbunya sampai sengaja dipesan orang untuk dibawa ke luar kota, sampai ke Australia dan Inggris juga. Bisa awet sampai satu bulan," kata Tugiyem.
Bersama suaminya, Marimin, Tugiyem melayani pembeli sate dari pukul 13.00 WIB sampai habis. Di akhir pekan, Tugiyem mendapat penghasilan Rp 2 juta dari berjualan sate.
"Ini bumbunya sampai sengaja dipesan orang untuk dibawa ke luar kota, sampai ke Australia dan Inggris juga. Bisa awet sampai satu bulan," kata Tugiyem.
Bersama suaminya, Marimin, Tugiyem melayani pembeli sate dari pukul 13.00 WIB sampai habis. Di akhir pekan, Tugiyem mendapat penghasilan Rp 2 juta dari berjualan sate.
Menariknya, meski ramai pembeli, Tugiyem tidak mau pindah lokasi dan menaikkan harga. Satu tusuk sate tempe dihargai Rp 1.500, 10 tusuk sate jeroan dihargai Rp 22.000, dan lontong dihargai Rp 3.000.
Padahal putra sulung Jokowi, Gibran Rangkabuming Raka pernah menawarkan kios kepada Tugiyem.
"Saya tidak mau, takut tidak laku kalau pindah ke kios. Gibran bilang sama saya nggak mungkin nggak laku, sate saya enak banyak dicari orang," kata Tugiyem.
Tugiyem sendiri sering diundang ke kediaman Jokowi untuk memasak sate saat ada acara khusus. Tak terkecuali Gibran dan istri yang masih sering membeli sate langsung ke Tugiyem.
Padahal putra sulung Jokowi, Gibran Rangkabuming Raka pernah menawarkan kios kepada Tugiyem.
"Saya tidak mau, takut tidak laku kalau pindah ke kios. Gibran bilang sama saya nggak mungkin nggak laku, sate saya enak banyak dicari orang," kata Tugiyem.
Tugiyem sendiri sering diundang ke kediaman Jokowi untuk memasak sate saat ada acara khusus. Tak terkecuali Gibran dan istri yang masih sering membeli sate langsung ke Tugiyem.
Sate Kere, Sate Empuk Legit Kesukaan Presiden Jokowi di Solo
4/
5
Oleh
MIR