Tampilkan postingan dengan label Jawa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jawa. Tampilkan semua postingan

Pelesiran Ala Jepang dan Ngeteh Cantik di Kebun Teh Kaligua Brebes


Melancongyuk - Berwisata ke luar negeri memang jadi impian setiap orang. Meskipun demikian, tidak semua orang Indonesia mampu liburan ke negara lain karena alasan dana cekak.

Nah, sembari mengumpulkan uang, berwisata di dalam negeri dengan suasana bak luar negeri mungkin bisa menjadi alternatif pilihan.

Agrowisata Kaligua di bawah kaki Gunung Slamet Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, menawarkan suasana wisata ala Negeri Sakura.

Di tempat ini, traveler bisa menikmati teh yang diproduksi dari kebun teh Kaligua milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX.

Pelancong bisa menyeruput teh seperti kebiasaan minum teh orang Jepang dalam upacara Chanoyu.
Tak hanya itu, pengunjung bisa memakai kimono sambil menyeruput teh. Pakaian khas Jepang itu juga bisa digunakan untuk berfoto di tengah kebun teh yang membentang luas.

"Pengunjung bisa menyewa baju kimono dengan harga Rp 15.000 perset," kata pengelola wisata Kaligua, Gatot, Sabtu (24/3/2018).

Di kompleks objek wisata itu, ada juga wisata sejarah Gua Jepang yang dibangun pada masa penjajahan Jepang beberapa tahun silam.


Di dalam gua ini, dapat dilihat patung- patung tentara Jepang yang dibuat dengan ukurang seperti aslinya.

Banyak ruang khusus, seperti ruang tahanan, kamar komandan, ruang pengadilan, ruang pembantaian, dan gudang senjata.

"Jika ada warga Indonesia yang membangkang, mereka akan disiksa di sini," kata pemandu Gua Jepang, Ujang.

Menurutnya, tidak hanya wisatawan domestik saja, namun juga dari mancanagera termasuk Jepang.
"Orang Jepang yang ke sini kerap menangis karena mendengar cerita bahwa orang Jepang yang menjajah ke Indonesia dan menyiksa warga sini saat membuat gua ini," jelasnya.

Gua Jepang yang berada di tengah kebun teh itu dibangun sekitar 1943-1945. Setelah Jepang kembali ke negaranya, gua tidak digunakan lagi.

Baru pada 1997, gua dibuka kembali oleh warga sekitar dan digunakan untuk objek wisata hingga saat ini.

Untuk masuk ke lokasi Agrowisata Kaligua, wisatawan merogoh kocek Rp 15 ribu saat weekday dan untuk weekend Rp 17 ribu. (Tribun)



Ice Cream World Hadir di Yogya


Melancongyuk - Mendengar kata es krim pasti terbayang hidangan dingin beraneka rasa yang seger. Bagaimana jika kini es krim dibuat besar dan bisa diajak foto bareng?

Di Yogyakarta kini ada lagi wisata yang menarik perhatian. Temanya wisata swafoto, menawarkan spot-spot menggemaskan di dalam dunia es krim.

Ya, wisata baru di Yogyakarta ini sangat menggemaskan. Apalagi bagi para traveler milenial yang suka hal-hal unik. Namanya Ice Cream World. Isinya sudah pasti semuanya es krim.


Destinasi satu ini menawarkan berbagai spot menarik untuk berfoto. Konsepnya seperti studio foto atau museum tiga dimensi yang semakin banyak di berbagai kota. Bagi yang ingin berfoto di berbagai spot lucu ini, Sahabat Sporto diharuskan membayar tiket sebesar 80 ribu rupiah.

Di sini, Anda bisa berswafoto dalam kolam ‘marshmallows’, bersama es krim raksasa, atau sama cokelat KitKat super besar. Semuanya bisa membuat feeds instagram makin hits.

Wahana Ice Cream World di Yogyakarta ini sama dengan yang telah ada sebelumnya di Bali. Dengan nama yang sama, Ice Cream World Bali jadi salah satu wisata swafoto yang hits.

Sedangkan di Yogyakarta, wahana ini baru hadir Februari 2018 lalu, namun sudah jadi magnet bagi penggemar wisata kekinian. Lokasinya di Jalan Raya Solo, Kalasan, persis di depan jembatan timbang.

Selain bisa menikmati ‘es krim’ berukuran besar, wahana ini juga menyediakan kedai minumannya. Sudah pasti semuanya es krim, beraneka rasa yang lezat.

Pulau Nyamuk di Karimunjawa, Pulau yang Menyimpan Misteri


Melancongyuk - Karimunjawa menyimpan banyak rahasia, baik mengenai sejarah maupun keadaan di sana. Jika kamu pernah atau belum ke Karimunjawa maka kamu wajib untuk tahu apa saja yang ada di Karimunjawa dan misteri apa yang harus diungkap. Saya akan sedikit memberikan informasi mengenai misteri yang wajib kamu tahu tentang salah satu pulau di Karimunjawa. 

Karimunjawa terdiri dari 22 pulau tak berpenghuni dan 5 berpenghuni. Yang perlu kita ketahui adalah pulau yang berpenghuni. Karena di sana ada  penduduk asli yang mendiami pulau tersebut. Pulau–pulau tersebut tentunya menyimpan banyak cerita.

Sering sekali banyak wisatawan yang datang ke Karimunjawa untuk sekadar berwisata dan sebagainya. Pulau yang paling sering dikunjungi wisatawan adalah pulau Karimunjawa, Kemojan, Menjangan, Cemara dan Geleyang. Artinya masih banyak pulau yang belum tersentuh oleh wisatwan. 

Pulau yang banyak menyimpan biota laut dan ikan hias hingga 242 ikan ini memang sudah dinobatkan menjadi Taman Wisata Nasional. Semenjak itulah wisatwan baik lokal maupun mancanegara berbondong–bondong mengunjungi Pulau Karimunjawa. 

Semakin banyak media yang mengeksplorasi keindahan Karimunjawa maka secara otomatis jumlah wisatawan juga semakin meningkat. Oh iya kita kembali ke pembahasan mengenai pulau misterius yang ada di Karimunjawa, yaitu Pulau Nyamuk.

Pulau Nyamuk merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Berdasarkan data statistik kecamatan Karimunjawa yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah yang didukung oleh data Monografi Desa, Desa Nyamuk memiliki kawasan keseluruhan berada pada 110010'44" - 110011'50" BT dan 5.48'39" LS. 

Luas wialayah Pulau Nyamuk adalah 139 Ha berada pada dataran tinggi dan sumber air tawar yang baik sehingga menjadikan keadaan tanahnya memiliki kesuburan yang bagus.

Sejarah dan Misteri Pulau Nyamuk

Pulau Nyamuk pastinya memiliki sejarah baik secara nama maupun budaya. Sejarah ini pastinya ada beberapa versi. Yakni versi masyarakat asli penghuni pulau Nyamuk dan versi Mbah Google.

Ada beberapa metode yang ingin kami sampaikan pada artikel ini mengenai sejarah nama pulau Nyamuk. 

Pertama, kami pernah survei langsung kemasyarakat. Ada beberapa versi juga dari berbagai pihak masyarakat di sana, baik dari pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan beberapa orang yang memang kami pilih secara random. dari situ kami mengambil kesimpulan bahwa kami belum menemukan pasti sejarah mengenai pulau Nyamuk. 

Kami juga melakukan diskusi rutin yang kemudian masyarakat di sana menyampaikan bahwa mereka belum tahu pasti dikarenakan mereka adalah generasi ketiga yang sudah jauh dari generasi pertama. Ada beberapa orang yang menyampaikan namun data itu belum kuat. Salah satunya berkata bahwa sejarah nama pulau Nyamuk berasal dari bentuk pulau yang menyerupai hewan peminum darah yaitu nyamuk.

Nah itulah menjadi misteri salah satu pulau di Karimunjawa. Jika kamu ingin lebih tahu mengenai pulau Nyamuk maka silahkan kunjungi dan berwisata di sana karena masih banyak juga tempat–tempat wisata yang dapat kamu eksplorasi di Karimunjawa. (CNN)

Inilah Curug Tertinggi di Jawa Tengah


Melancongyuk - Air terjun yang terletak di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ini menyajikan pemandangan alam sekitar yang terlihat sangat indah dan menawan. Namanya adalah Curug Sewu, sebuah air terjun megah yang mempunyai tiga tingkatan berbeda.

Seperti namanya, lokasi air terjun ini terletak di Desa Curug Sewu, Patean, Kendal. Saat memasuki area Curug Sewu ini Anda bakal disambut dengan patung Prabu Baladewa di depan pintu masuknya. Setelah berjalan sedikit melewati pintu masuk, Anda akan berada di kawasan perbukitan yang menghijau.

Di balik perbukitan tersebut, Curug Sewu juga menawarkan pesona hamparan hutan dan sawah yang hijau dan indah dapat dilihat dari ketinggian. Selain itu, Anda bisa menuju gardu pandang agar dapat menikmati lanskap air terjun yang eksotis dibalut udara sejuk.

Bila belum puas, Anda dapat melihat lebih dekat air terjun dan merasakan cipratan airnya yang dingin. Namun untuk hal ini, Sahabat Sporto harus menuruni ratusan anak tangga menuju air terjun. Meski agak melelahkan, tetapi semua usaha itu akan segera terbayarkan.

Sesampainya di bawah, Anda langsung disambut udara sejuk yang bercampur kabut air dari air terjun, dan juga spektrum pelangi yang terpancar di sekitar air terjun. Momen ini pun sangat apik jika diabadikan kemudian dipamerkan di sosial media.

Dari dekat, Anda dapat dengan jelas melihat Curug Sewu yang terdiri dari tiga tingkatan. Pada tingkat yang pertama memiliki ketinggian 45 meter, pada tingkatan kedua 15 meter dan 20 meter pada tingkatan ke tiga. (Sportourism)

Brown Canyon, Tempat Penambangan Pasir yang Mulai Dilirik Wisatawan


Melancongyuk - Jika berbicara tentang Semarang, yang ada dibenak banyak orang adalah Lumpia dan Lawang Sewu. Sebagai ibu kota Jawa Tengah, Semarang memang terkenal dengan 'wisata mistik' Lawang Sewu dan juga kuliner khasnya, seperti lumpia.

Namun, nyatanya kini Semarang tak hanya sebatas dengan wisata Lawang Sewu atau Simpang Limanya. Ada pula sebuah danau bekas penambangan yang justru kini menjadi daya tarik wisatawan.
Adalah Brown Canyon, yang merupakan sebuah proyek galian C yang usianya sudah lebih dari 10 tahun. Bagi sebagian orang tempat ini mereka gunakan untuk mengais rezeki dengan melakukan penggalian pasir, tanah urug, dan batu padas. Tapi bagi sebagian kalangan justru untuk berburu foto yang ciamik.


Memang sejatinya Brown Canyon bukanlah tempat wisata, melainkan hanya perbukitan dan areal pertambangan. Namun, karena aktivitas penambangan yang dilakukan setiap hari selama bertahun-tahun, tempat ini berubah menjadi layaknya Green Canyon yang ada di Amerika.
Deretan bukit dan palung terbentuk dari penggalian dataran tinggi yang akhirnya membentuk sebuah cekungan dan bukit-bukit yang menjulang tinggi. Tak jarang bagian atas bukit ini ditumbuhi beberapa pohon yang turut menghiasinya.

Brown Canyon kian populer setelah pengunjung yang datang mengunggah foto mereka di akun media sosial. Biasanya pengujung datang di sore atau pagi hari sebelum aktivitas penambangan dilakukan.


Tentu karena tempat ini merupakan kawasan penambangan, jika ingin berkunjung sebaiknya menggunakan motor atau sepeda. Mengingat medan yang dilewati sulit dengan jalanan yang tidak bersahabat.

Pengunjung juga akan ditemani debu-debu yang bertebaran dan berpapasan dengan truk-truk pengangkut bahan material. Jangan lupa bawalah masker atau buff untuk melindungi diri dari debu.
Jika penasaran dengan keindahannya langsung saja meluncur ke daerah Rowosari, Meteseh, Tembalang.

Keindahan Bukit Mbeser yang Unik dan Menawan


Melancongyuk -  Menjelajah keindahan alam di Kabupaten Wonosobo, rupanya tidak pernah ada habisnya. Wonosobo menyimpan ribuan potensi alam yang sangat indah dan menawan. Selain kawasan wisata Dieng, terdapat berbagai obyek wisata lain yang layak dikunjungi para wisatawan, baik wisata kreasi budaya (culture), peninggalan sejarah (heritage), pengembangan potensi minat khusus sejarah dan purbakala mau pun jenis wisata alam (nature).

Potensi wisata berbasis desa, bahkan saat ini terus bermunculan. Hampir semua desa di Wonosobo memiliki daya tarik untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan guna menopang wisata andalan yang saat ini telah mendunia, yakni Dieng. Bukit Mbeser. Ya namanya memang unik didengar, karena berbicara mengenai beser, dalam bahasa Jawa dikonotasikan sebagai aktivitas membuang air kecil di mana pun tempat, yang terkesan jorok.

Namun, di balik nama itu rupanya sebuah bukit yang berada di Desa Lipursari Kecamatan Leksono, Wonosobo itu tengah menjadi buah bibir masyarakat dan menjadi destinasi yang diganderungi pelancong, lebih khusus kaula muda. Penataan obyek wisata alam bukit Mbeser, telah dimulai sejak 2017 lalu. Bahkan, pembangunan jalan hingga akses pertanian juga turut mendukung perkembangan wisata desa yang terkenal karena panorama yang indah baik saat sunrise maupun sunset.

Meski pun sudah mulai dibuka untuk umum, namun pihak pengelola dan desa masih melakukan beberapa upaya pengembangan. Menurut salah satu perangkat desa setempat, Mustajib, lokasi bukit Mbeser yang telah dibangun embung, nantinya akan dikembangkan sebagai wisata edukasi alam. “Bukit Mbeser ini memang masih memiliki keterbatasan, karena baru sekitar setengah tahun berjalan dan baru launching," ungkapnya baru-baru ini.

Dalam kurun waktu sekitar setengah tahun terakhir, berbagai peningkatan infrastruktur juga sudah dilakukan khususnya untuk Desa Lipursari. Berbagai pembangunan, termasuk senderan, drainase, dan pembenahan lokasi wisata juga sudah dilakukan. Rencananya, di kawasan embung tersebut akan dibuat wisata edukasi yakni berupapa taman buah dan sayuran di bagian tepinya. "Jika sudah ada taman buah dan sayur, wisatawan bisa berwisata sembari memetik buah dan sayur," beber dia.

Menurut Sekretaris Desa Lipursari, Ahmad Zuhair, taman buah yang akan dikembangkan, nantinya diisi tanaman jambu kristal, duku dan salak. Karena lokasi wisata belum dibuka secara resmi, pihaknya tidak mematok tarif mahal kepada para pengunjung yang datang, mereka hanya menarik biaya parkir kendaraan mereka. Untuk pendapatan dari parkir akan dikelola kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di bawah naungan Badan Usaha milik Desa (BUMDes).

Berbagai potensi hasil bumi di Desa Lipursari juga sangat mendukung wisata alam desa tersebut. Bahkan, berbagai produk siap jual seperti gula jawa dan kuliner khas, akan diproyeksikan menjadi ikon wisata Gunung Beser. Selama ini, bukit Mbeser banyak dikenal masyarakat lewat media sosial seperti instagram, twitter dan facebook dengan menyajikan banyak spot foto indah yang mampu menarik minat wisatawan yang bertandang ke Lipursari.

Pembenahan wisata sekitar embung memang diakui belum bisa terealisasi dalam waktu dekat, karena keterbatasan dana, diharapkan para pengelola atau pokdarwis, bisa mempercantik kawasan Mbeser sendiri. “Harapannya selain untuk wisata,embung ini juga berfungsi untuk menampung air saat musim hujan dan di gunakan untuk irigasi pada saat musim kemarau. Pemerintah desa akan memaksimalkan keberadaan embung tersebut,” pungkasnya.

Nama Bukit Mbeser sendiri memiliki sejarah sebagai jalan kabupaten yang menghubungkan Wonosobo dengan Kaliwiro. Di masa belum ada kendaraan bermotor, dahulu masyarakat berjalan melewati Bukit Mbeser dan beristirahat di bukit tersebut. Terdapat tiga jalur untuk sampai ke Bukit Mbeser dan yang tercepat yaitu melalui jalan utama Selokromo. Menurut salah satu pengunjung, Febri, beberapa hal butuh pembenahan termasuk masalah keamanan pengunjung.

“Di bukit ini masih kurang pengawasan terhadap pengunjung, sehingga apabila terjadi musibah tidak langung diketahui oleh petugas. Di sini juga perawatanya masih kurang, banyak kayu yang rapuh, sehingga dapat membahayakan para pengunjung. Namun, kami akui lokasi bukit Mbeser ini menyimpan potensi alam yang sangat bagus dan layak menjadi destinasi unggulan wilayah selain Dieng,” ungkap dia.