Tampilkan postingan dengan label Dubai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dubai. Tampilkan semua postingan

Dubai Akan Segera Buka Taman Quran, Seperti Apa Isinya?

Desain rumah kaca di Taman Quran
Melancongyuk - Dubai seakan tidak pernah kehilangan akal untuk menarik wisatawan datang berkunjung. Kali ini negara yang identik dengan kemewahan tersebut, dikabarkan akan membuka sebuah taman yang tidak biasa.

Sesuai dengan julukannya, yaitu Taman Quran, nantinya taman tersebut akan menampilkan tanaman-tanaman yang disebutkan dalam kitab suci Al-Quran dan keajaiban lainnya yang ada dalam tulisan-tulisan Islam. Sementara tanggal pembukaan belum diumumkan, sebagaimana dilansir dari laman English Al Arabiya, Jumat (11/5/2018), para pejabat Dubai mengatakan untuk bisa masuk ke taman nantinya tidak akan ada alias gratis.

Dua hal yang akan ditampilkan oleh Taman Quran, di antaranya Cave of Miracles dan Glass House. Salah seorang pejabat tinggi bernama Dawood Abdul Rahman Al Hajiri, mengatakan, nanti tanaman yang selama ini disebutkan dalam Al-Quran beberapa di antaranya akan ditampilkan di rumah kaca.

“Di antara elemen yang paling penting dari proyek ini adalah rumah kaca yang berisi tanaman yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah, yang tumbuh di bawah suhu tertentu dan khusus faktor penentu lingkungan, serta toko yang menjual tumbuhan yang juga disebutkan di dalam Al-Quran,” ucap Dawood Abdul Rahman Al Hajiri, Direktur Jendral Dubai Municipality.

Pada bagian The Cave of Miracles sendiri, dilaporkan akan menampilkan tujuh keajaiban yang juga disebutkan dalam Al-Quran. Semua itu akan ditampilkan pada pengunjung dengan teknik yang interaktif modern terkini.

Anda mungkin sudah menebak-nebak tanaman dan buah apa saja yang disebutkan dalam Al-Quran dan dibawa ke dunia nyata oleh Taman Quran, bukan? Berdasar pada keterangan Al Hajiri, jawabannya akan ada 12 kebun berisi tanaman yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah, yang memiliki manfaat, kegunaan ilmiah, dan obat-obatan, seperti pisang, buah delima, kacang tambak, jahe, asam, basil, labu, dan mentimun.

Tidak cukup sampai di situ saja keistimewaan taman ini, sebab masih ada sederet fasilitas lainnya, yang dijamin bisa membuat pengunjung betah berlama-lama di dalam taman. Masih dari pemaparan Al Hijiri, taman akan memiliki panel surya, Wi-Fi, stasiun pengisian baterai telepon, dan tempat duduk yang teduh untuk pengunjung.

“Taman juga akan memiliki beberapa kios untuk menampilkan informasi tentang semua jenis tanaman dan pohon, jadi pengunjung bisa tahu manfaatnya,” ujar Al Hajiri. (Okezone)

Kolam Renang Hotel Tertinggi di Dunia Dibuka untuk Umum


Melancongyuk - Dubai seakan punya obsesi untuk memiliki bangunan yang memecahkan rekor, mulai dari termewah, terbesar, sampai tertinggi. Belum lama ini, ada hotel tertinggi di dunia yang berdiri di sana, yakni Gevora.

Hotel Gevora memiliki tinggi 356 meter. Tak hanya kamar yang berjumlah 528 unit, hotel ini juga memiliki beragam fasilitas nomor wahid, salah satunya ialah kolam renang di atas atap.

Dengan pemandangan seluruh sudut kota Dubai, kolam renang ini juga digadang mendapat predikat sebagai yang tertinggi di dunia. 


Ukuran panjanganya 25 meter untuk kolam dewasa dan empat meter untuk kolam anak. 

Tak hanya tamu hotel, saat ini kolam renang tersebut juga dibuka untuk turis narsis yang sekadar ingin berfoto di atasnya. 

Untuk hari biasa, harga tiket masuknya US$40 (sekitar Rp550 ribu). Sementara untuk hari libur, seharga US$54 (sekitar Rp743). 

"Kami ingin semua orang merasakan sensasi berada di atas hotel tertinggi di dunia ini, meski tak menginap di kamarnya. Jika tak ingin berenang, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan matahari terbenam dari deknya," kata Jairaj Gorsia, Manajer Hotel Gevora, seperti yang dilansir dari Lonely Planet.

Hotel Gevora berada hanya beberapa meter dari JW Marriott Marquiss, tepatnya di kawasan 101 Sheikh Zayed.

Ruangannya bertema Art Deco dengan lapisan serba emas, khas gaya ruangan bangunan mewah di Dubai.

Harga sewa kamar di hotel tertinggi di dunia ini dibanderol mulai dari US$163 (sekitar Rp2,2 juta) per malam. 

Tarifnya terbilang lebih murah ketimbang harga hotel di sekitarnya, yang rata-rata mematok harga mulai dari US$243 (sekitar Rp3,2) per malam.

Satu hal yang harus diperhatikan untuk pengunjung adalah hotel ini tidak menyediakan alkohol. 

Pecahkan Rekor, Hotel Baru Ini Jadi yang Tertinggi di Dunia


Melancongyuk - Dubai memang dikenal memiliki banyak gedung pencakar langit. Dubai kini telah menambahkan satu menara yang menjulang menembus cakrawala. Menara tersebut bukan pusat perbelanjaan atau penthouse mewah tetapi sebuah hotel.

Dikuti dari laman Travel + Leisure (16/2/2018), Hotel Gevora baru-baru ini mengalahkan Le Meridien JW Marriott di dekatnya untuk mendapatkan gelar hotel tertinggi di dunia.

Menurut koran lokal National, Gevora berdiri dengan ketinggian mencapai 356 meter dan dibuka untuk bisnis awal pekan ini.

Menurut Inverse, rata-rata harga kamar akan mencapai 163 dolar (Rp 2,3 juta) sampai 190 dolar (Rp 2,7 juta) per malam.

Harga ini lebih murah dibandingkan harga rata-rata hotel pesaing di dekatnya yaitu 243 dolar atau sekitar Rp 3,4 juta.

"Kami akan memasuki pasar dengan tingkat yang sedikit lebih rendah daripada rata-rata di sekitar area ini," kata manajer umum Gevora, Jairaj Gorsia, kepada koran National.

"Harga kamar yang kami tawarkan dianggap sangat kompetitif."

Fasilitasnya mencakup kolam renang di puncak gedung di lantai 12 dengan pemandangan pusat kota Dubai serta lima restoran, klub kesehatan, dan sauna.

Satu hal penting, traveller harus menyadari tidak ada bar. Namun, Gevora memiliki kedai kopi dan kue sebagai alternatif.

"Menjadi hotel berlisensi non-alkohol sebenarnya menguntungkan," kata Jairaj Gorsia.

"Keluarga, terutama keluarga besar, dan anak-anak akan menikmati hotel ini."

Hotel Gevora memiliki 528 kamar dengan pilihan kamar deluxe dan dua kamar tidur.

Sudah jadi hotel tertinggi, tak ada alkohol lagi. Kamu yang cari tempat penginapan non alkohol bisa banget nih mencicipi fasilitas hotel ini.

Melihat Kemewahan Gevora Dubai, Hotel Tertinggi di Dunia


Melancongyuk - Dubai baru saja mencetak rekor baru dengan membuka hotel tertinggi di dunia pada, Minggu 11 Februari 2018. Hotel Gevora memiliki tinggi 356 meter, lebih tinggi satu meter dari pemegang rekor sebelumnya, Hotel JW Marriott Marquis, yang juga terletak di Dubai. 

Dilansir dari Dailymail, hotel ini memiliki 528 kamar yang terbentang sampai lantai 75. Gevora Hotel lebih besar tiga kali lipat dari Big Ben London, lebih tinggi 56 meter dari Menara Eiffel Paris, dan setara panjang tiga kali lapangan sepak bola.

Terletak di Sheikh Zayed Road di kawasan Trade Centre, hotel ini akan menyediakan empat restoran, kolam renang terbuka, fasilitas Jacuzzi, klub kesehatan, spa mewah, dan gimnasium.



Tamu pertama Gevora diperkirakan akan datang menginap pada Senin ini, menurut media setempat The National.

Dubai merupakan rumah bagi bangunan tertinggi di dunia, Burj Khalifa, yang memiliki tinggi 828 meter. Sementara pemegang rekor hotel tertinggi sebelumnya, JW Marriott Marquis dibuka pada 2013 dan memiliki sembilan restoran, lima bar, dua ballroom, spa dan klub kebugaran.

Dubai, yang merupakan salah satu kota terkaya dunia, menargetkan menarik sekitar 20 juta wisatawan per tahun pada 2020. Tahun itu Dubai akan menjadi tuan rumah pameran perdagangan internasional, Expo 2020. (viva)

Dubai Buat Dapur Apung Pertama di Dunia


Melancongyuk - Sebuah situs perjalanan Dubai, Lonely Planet merilis tulisan bahwa dapur apung, yang diyakini sebagai pertama di dunia akan dirilis pada Januari di Dubai.

Dapur yang diberi nama "Aqua Pod" akan memberikan pelayanan katering kepada pelanggan jet ski, kapal penumpang dan kapal pesiar yang melintas.

Dapur yang nantinya berbentuk kapal tersebut membutuhkan waktu tiga bulan untuk dibangun, dan layanannya serupa dengan apa yang truk makanan hidnagkan di daratan.

"Ini telah memilih untuk menyajikan burger pada awalnya, tapi ini mungkin diperluas untuk memasukkan pizza dan makanan penutup ke depan, tergantung pada permintaan," tulis dalam situs tersebut.

Rencananya dapur apung itu akan mulai beroperasi di Jumeirah, meliputi daerah seperti Pantai Al Sufouh, Pantai Kite dan Palm Lagoon.

Sebuah Kota di Belanda yang Lebih Menyerupai Dubai

Melancongyuk - Rotterdam bagi para pencinta arsitektur ibarat taman bermain Disneyland. Saat Anda mengunjunginya, Anda akan pulang sambil berpikir mengapa kota kita tidak bisa seperti itu.

Anda harus mengunjungi Rotterdam dengan kereta. Dengan begitu, saat meninggalkan stasiun kereta, Anda dapat jeda sejenak, seperti yang saya lakukan bulan lalu, meletakkan tas anda dan melihat ke belakang ke salah satu bangunan yang paling menyenangkan di seluruh dunia.

Itu adalah pusat transportasi dengan desain yang paling riang sejak arsitek Eero Saarinen merancang TWA Flight Center di Bandara Idlewild (yang kemudian dinamakan JFK). Stasiun Rotterdam menjulang, mengabaikan gravitasi, ibarat lompatan balet dalam balutan besi baja, kaca dan kayu.
Ini adalah dapur uji arsitek Eropa

Di kota lain, stasiun itu mungkin bisa menjadi pusat perhatian, atau anomali, seperti Museum Guggenheim di Bilbao atau Balai kota Toronto. Namun di Rotterdam, bangunan itu tampak pas.

Kota ini penuh dengan eksperimen liar, dapur uji arsitek Eropa: Dubai atau Doha pascaperang, namun dilakukan dengan lebih baik. Bukan dibangun dengan terburu-buru oleh sebuah generasi orang kaya yang berusaha membuat reputasi global.
Stasiun Rotterdam adalah salah satu harta di kota yang menyenangkan secara arsitektur ini.
Rotterdam telah berkembang selama tiga perempat abad merespon kebutuhan masyarakat yang berkembang dan masa-masa yang dilewati. Kota itu nyaman untuk ditinggali, untuk berjalan kaki dan untuk mengendarai sepeda. Namun dikelola, seperti kota instan di Negara Teluk, untuk menciptakan kesan mendalam di setiap persimpangan jalan, bukan dengan dua atau tiga bangunan yang menonjol - sebuah Transamerica Pyramid di sini, sebuah Walt Disney Concert Hall di sana: tapi lusinan bangunan. Namun tadinya tidak seperti ini. 

Pada pukul 1:28 siang pada 14 Mei 1940, suara kawanan lebah berasal dari timur, terdengar di jalanan kota di Belanda itu. Itu adalah suara yang mereka takutkan selama ini. Dalam satu menit, kawanan lebah itu menuju kota kembar Amsterdam dengan kanalnya sendiri dan rumah-rumah kuno pipih yang terbuat dari kayu dan batu bata. Rotterdam tadinya adalah mesin industri Belanda dan pelabuhan terbesar di dunia.

Lima belas menit kemudian, kawanan itu kembali, meninggalkan kota dalam api yang membara selama enam hari hingga akhirnya tidak ada lagi yang tersisa untuk dibakar: 250 hektar, 25.000 rumah, 11.000 banguna komersial tertutup abu. Rotterdam pun lenyap.

Hampir hilang. Api kebakaran bahkan belum sepenuhnya padam saat pejabat kota bertemu pada 18 Mei untuk memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Meskipun dinding-dinding hampir semuanya sudah roboh, namun cukup untuk dibangun kembali. Itu adalah pilihan logis. Itu adalah pilihan yang mungkin dilakukan kota Coventry, Warsawa dan sejumlah kota Jerman akan ambil dalam beberapa tahun, untuk membangun kembali, sepotong demi sepotong, bangunan yang akurat secara historis, hingga seorang pengunjung pascaperang yang berjalan melewati jalanan sempit zaman pertengahan tidak akan tahu apa yang pernah terjadi.
Pada 1940, Rotterdam hanya tersisa asap dan reruntuhan oleh pembom Jerman.
Meskipun pasti ada sejumlah perdebatan dan permohonan untuk memulihkan kota abad ke-14 ini menjadi sesuatu yang bisa memberi rasa nyaman dan stabil bagi generasi selanjutnya, keputusan yang keluar dari pertemuan itu adalah meluluh-lantakkan semuanya dan memulai lagi dari nol. Perancang kota, Willem Witteveen, segera mengerjakan sebuah rancangan. Rotterdam akan akan menjadi kota yang baru, tapi monumental dan megah.

Kemudian sesuatu yang lebih menakjubkan terjadi. Pada 1944, saat kota itu masih diduduki Jerman namun tanda akhir perang sudah terlihat, industrialis Cees van der Leeuw meminta untuk melangsungkan pertemuan lainnya, kali ini cukup rahasia, di ruang teh di atas pabrik kopi teh dan tembakau Van Nelle.

Pabrik itu adalah karya arsitektur modern kota yang pertama (Le Corbusier menyebutnya 'tontonan terindah era modern') dan cukup jauh dari pusat hingga tidak tersentuh oleh perang. Ada peluang, kata van der Leeuw.
 
Setelah hancurnya kota, para pejabat memutuskan mereka akan membangun Rotterdam dari nol.
"Para kapten industri ini berpikir, sebaiknya brsikap lebih fleksibel dibanding Witteveen," jelas sejarawan arsitektur Rotterdam Michelle Provoost, menunjukkan bahwa modernisasi yang dipengaruhi bisnis ini dimulai di kota bahkan sebelum perang, dengan bangunan seperti Café Unie (hancur dan telah dibangun kembali).

"Rancangannya dipandang terlalu ketat." Witteveen tidak berpikir cukup besar atau cukup modern bagi para pebisnis maupun penjajah Jerman, yang menyukai gagasan membangun sebuah kota baru sepenuhnya dari nol, yang terinspirasi oleh Reich (yang tidak pernah lepas dari tanah).

Van der Leeuw meyakinkan warga kota untuk memecat Witteveen dan mempekerjakan asistennya, Cornelis van Traa, untuk melakukan sesuatu yang lebih radikal. "Van Traa memperkenalkan sebuah kota dengan objek yang bebas mengalir," kata Provoost.

Inilah saat lahirnya Rotterdam yang baru - kota yang paling serius secara arsitektural, intens, menyenangkan, penuh kegembiraan di dunia.
Rotterdam seperti Disneyland bagi para pecinta arsitektur.
Selesai menatap Stasiun Rotterdam, masuklah salah satu trem ke stasiun Blaak untuk menikmati kota sepenuhnya.

Berjalan keluar dari bawah tenda stasiun bawah tanah yang menyerupai ekor merak, Anda akan melihat dua karya arsitektur dari akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21.

Di sebelah kanan Anda adalah Kubuswoningen (1980-84) karya Piet Blom, 39 rumah kubus, masing-masing menyeimbangkan sudutnya di atas tangkainya sendiri, membuat sesuatu yang tampak seperti hutan beton.

Di sebelah kiri adalah Markthal (MVRDV, 2014), sebuah pasar berbentuk tapal kuda besar dengan apartemen dan kondominium yang dibangun di sisi-sisinya. Di dalamnya ada banyak barang untuk dibeli dan untuk dimakan (begitu banyak stroopwaffel).

Selain ikonik - bentuknya sederhana tapi sangat unik - ini adalah evolusi logis dari pasar kota tempat orang dapat bertemu, makan dan tinggal.
Rotterdam adalah kota yang paling serius secara arsitektural, intens, menyenangkan, penuh kegembiraan di dunia.

Tapi yang terbaik dari Rotterdam adalah apa yang Anda lihat di antara bangunan yang dipamerkan.
Kembali ke arah halte trem dan Anda akan melihat Blaak 8 (arsitek Grup A, 2012). Itu hanya gedung perkantoran. Tidak perlu sekeren itu, tapi lihatlah jendela trapesiumnya: bentuknya bergeser setiap beberapa lantai.

Dan di sebelah kanan Anda, gedung perkantoran lain, Blaak 31, terdapat sebuah restoran Italia di lantai dasar sebelum naik ke lantai tiga tanpa sebab tertentu.

Perusahaan pajak yang menempati sebagian besar bangunan itu baru saja mengumumkan bahwa mereka sedang membangun kantor pusat baru dalam bentuk jam pasir; sekali lagi, tidak ada sebab tertentu.

Biasanya saat melakukan perjalanan, saya memilih hotel berdasarkan lokasi, sejarah atau fasilitas. Di Rotterdam, saya memilih dengan alasan arsitekturnya.

Dalam perjalanan pertama saya beberapa tahun yang lalu, saya tinggal di Citizen M, bagian dari rantai hotel berdesain modern dan tidak memiliki banyak fasilitas. Yang ini, hotelnya rendah dan datar, terlihat seperti paduan antara gudang, sekolah dasar tahun 1970an dan kaki sofa merek Mies.

Kali ini di malam pertama saya menginap di Marriott di Millennium Tower (WZMH, 2000), sebuah kepatuhan yang terlambat untuk postmodernisme di sebelah Stasiun Rotterdam.

Malam kedua saya menginap di akomodasi terbaru di kota ini, sebuah hotel satu kamar bernama Wikkelboat. Ruang apung ini, ditambatkan di sebuah marina, terbuat dari 24 lapis karton kardus, lengkap dengan dek dan barbeque. Ruang ini mengapung di bawah Red Apple (KCAP, 2009), sebuah kompleks kantilever multi-guna yang dibuat dengan aluminium yang dilapisi anoda yang secara alami berubah warna merah seiring berjalannya waktu.

Bentuk Markthal ini sederhana namun sangat unik.
Warga Rotterdam menyukai bangunannya seperti warga Santa Monica menyukai pantainya.

Ruang kafe terbaik di kota, lantai bawah bangunan bata Bauhaus pascaperang dengan cekungan sudut yang indah, disebut Dudok, berdasarkan nama arsiteknya. Hugh, sebuah bar dan klub malam di Modernist Hilton (1962), dinamakan berdasarkan Hugh Maaskant, arsitek utama kota ini pasca perang (yang juga merancang Euromast, menara besar di kota itu).

Rotterdam seperti Disneyland bagi para pecinta arsitektur. Tapi mungkin lebih menyenangkan lagi bagi kita semua, yang biasanya tidak menghiraukan bangunan tempat kita bekerja, bermain dan tinggal, dan yang pulang sambil bertanya-tanya mengapa kota kita tidak bisa agak seperti Rotterdam. (bbc)