Keunikan dan Mitos Pulau Satonda


Melancongyuk -Keindahan gugusan pulau tak hanya milik Raja Ampat (Papua), Flores, Rote, dan Timor. Jika Anda mengunjungi Sumbawa di Nusa Tenggara Barat, selain dapat melihat pesona Gunung Tambora di Sumbawa Besar, Anda juga dapat menyambangi Pulau Satonda.

Satonda merupakan salah satu dari gugusan pulau yang berada di ujung barat Kabupaten Dompu, di Desa Nangamiro.

Digambarkan Travelingyuk.com, Pulau Satonda merupakan sebuah daratan yang terbentuk oleh letusan gunung api dari dasar laut jutaan tahun lalu, dan menyimpan keindahan alam yang memesona.

Karena keindahannya itu, Pulau Satonda ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam laut (TWAL) oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 1999. Di kawasan pesisirnya, Anda akan menemui hamparan pasir putih pantai yang bersih dengan luas pulau yang mencapai 2.600 hektare.

Pelancong dapat melakukan berbagai aktivitas, seperti snorkeling atau diving untuk melihat keindahan ragam terumbu karang fauna dasar lautnya.

Di dasar laut itu Anda dapat melihat beragam jenis karang, seperti Labophyton sp, Nephtea sp, sampai dengan Lemnalia sp, dan beberapa binatang laut lain, seperti penyu sisik dan aneka ikan hias.


Pulau terlarang

Keindahan dan pesona pulau ini tak lepas dari cerita masyarakat sekitar, yakni soal pulau yang disebut terlarang. Sebagian masyarakat meyakini, pulau ini juga merupakan pulau terkutuk, siapapun tidak boleh mendiaminya.

Pasalnya pulau ini merupakan tempat pengasingan Puteri Dae Minga dari kerajaan Sanggar.

Dalam detikTravel dikisahkan, pada masanya putri kerajaan itu banyak diperebutkan oleh banyak orang dari berbagai kerajaan karena pesona parasnya. Hal tersebut pun memicu pertikaian antarkerajaan.

Karena tak ingin banyak pertikaian terjadi, Raja Sanggar mengasingkan putrinya ke Pulau Satonda.

Namun begitu, sebelum tenggelam di tengah Danau Satonda, sang putri pun mengeluarkan kutukan sekaligus sumpah terakhirnya, "Tidak ada wanita yang bisa mendapatkan anggun dan cantik dalam satu waktu. Jika ia anggun, maka ia tidak cantik. Jika ia cantik, maka ia tidak anggun."

Sumpah ini ditujukan kepada semua perempuan, agar nasibnya tidak sama dengan dirinya, hingga tak ada lagi gadis tak bersalah yang harus dikorbankan seperti dirinya.

Mitos pohon harapan
 

Selain mitos sang putri, pada bagian pesisir di pulau ini, Anda akan banyak menjumpai beberapa pohon bernama Pohon Kalibuda atau Pohon Harapan.

Dinamakan begitu karena menurut orang sekitar, pohon ini dipercaya dapat mengabulkan segala permintaan dengan cara menggantungkan apapun yang dimilikinya dan memanjatkan doa kepada leluhur dengan mengambil tempat di sekitar pohon.

Karenakan mitos tersebut juga, banyak barang-barang tak jelas yang bergelantungan di ranting atau dahan Pohon Kalibuda. Mulai dari bungkus rokok, sepatu bekas, bahkan batu.


Satonda dalam sejarah

Pulau Satonda seperti ditulis Travel Kompas, juga terkenal sampai mancanegara. Adalah dua ilmuwan asal Eropa, yakni Stephan Kempe dan Josef Kazmierczak yang meneliti Danau Satonda pada tahun 1984, 1989, dan 1996.

Dari hasil penelitian mereka, disebutkan bahwa Danau Satonda adalah fenomena langka. Karena airnya yang sangat asin dengan tingkat kebasaan (alkalinitas) sangat tinggi dibandingkan air laut pada umumnya.

Keduanya berpendapat, bahwa air asin Danau Satonda muncul bersamaan dengan terbentuknya kawah tua Gunung Satonda yang dikatakan berumur lebih dari 10.000 tahun lalu, lebih tua dari Gunung Tambora.

Penelitian lain menyebutkan bahwa Danau Satonda dulunya terisi air tawar. Letusan Gunung Tambora yang dahsyat pada 1815 mengakibatkan tsunami besar mengantar air laut mengisi kawah tersebut dan mengubahnya menjadi danau air asin hingga hari ini.

Namun begitu, kadar asin dari Danau Satonda ini sampai sekarang masih menjadi misteri, walaupun sudah ada beberapa kali diteliti oleh para pakar dengan mengemukakan segudang teori akan hal ini.

Bahkan menurut sebuah penelitian, biota dan segala hal yang ada di dalam Danau Satonda mirip dengan lautan pada zaman purba. hal itu diyakini karena banyaknya material strimalit yang hanya ada sekitar 3,4 miliar tahun lalu, dan tidak pernah ditemukan lagi sekarang.

Akses dan fasilitas

Untuk menuju Pulau Satonda, Anda dapat memilih dari beberapa jalur alternatif yang dapat dilalui. Salah satunya memulai perjalanan dari Sumbawa Besar ke Desa Nangamiro dengan jarak tempuh sekitar delapan jam, atau dari Dompu dengan jarak tempuh sekitar lima jam.

Setelah sampai di pelabuhan Nangamiro, Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu ke Pulau Satonda dengan jarak perjalanan satu jam.

Tarif untuk jasa transportasi perahunya sangat bervariatif, namun rata-rata setiap orang dikenakan harga sekitar Rp25 ribu.

Alternatif lain adalah dengan cara naik kapal pesiar dari Pulau Bali atau Lombok, mengambil jurusan Flores. Kapal pesiar memang kerap mampir di Pulau Satonda sebelum melanjutkan perjalanan menuju Taman Nasional Komodo, di Labuan Bajo, Flores.

Atau Jika Anda ingin lebih praktis lagi, dapat membeli paket wisata Pulau Moyo, Kenawa, dan Satonda. Tapi bujetnya pasti lebih mahal.

Harga tiket masuk pulau untuk wisatawan lokal berbeda dengan mancanegara, untuk lokal tiket masuk hanya dipatok Rp2 ribu, sementara wisatawan mancanegara Rp15 ribu.

Jika Anda menginginkan snorkeling, siapkan saja uang Rp30 ribu, lebih murah Rp10 ribu dari tarif turis asing.

Sedangkan untuk tarif diving, tak terpaut jauh, hanya Rp40 ribu untuk turis lokal, dan Rp50 ribu untuk para bule.

Jika betah, Anda juga dapat bermalam dengan menempati penginapan di sekitar pantai, tarifnya bervariasi, mulai dari Rp800 ribu hingga Rp1,5 juta.

Related Posts

Keunikan dan Mitos Pulau Satonda
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.