Wisata Tiga Religi di Yerusalem


Kota seluas 125,156 kilometer persegi itu berada di pusaran konflik ratusan tahun lamanya. Kini, nama Yerusalem kembali menjadi salah satu yang paling sering diperbincangkan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui kalau kota tersebut merupakan ibu kota Israel.

Langkah Trump dikecam dunia, situasi di Yerusalem dan sekitarnya kembali memanas.

Berpenduduk sekitar 890.428 ribu orang, Yerusalem tak ubahnya kota yang selalu sibuk. Kota ini dihuni oleh mayoritas penduduk yang beragama Kristen, Islam, dan Yahudi.


Selain bahasa Ibrani, penduduknya juga ada yang berbahasa Arab. Seiiring dengan perkembangan zaman, banyak pula dari mereka yang berbahasa Inggris.

Berada dekat dengan Laut Mediterania, kota ini memiliki empat musim, walau salju tidak turun dengan lebat.

Kota ini juga merupakan pusat pendidikan di Israel, dengan adanya Universitas Hebrew, The Bezalel Academy of Arts and Design, Sam Spiegel Film and Television School, dan Nissan Nativ Acting Studio, yang melahirkan banyak alumni terpandang di dunia, beberapa di antaranya ialah Albert Einstein dan Sigmund Freud.

Setiap tahunnya, sebanyak tiga juta orang turis mendatangi Israel. Sebagian besar datang ke Yerusalem untuk wisata religi, karena statusnya sebagai kota suci dan banyaknya situs peninggalan agama di sana. 


Gereja Makam Kudus dan Jalan Duka merupakan objek wisata yang biasanya didatangi oleh turis yang memeluk agama Kristen.

Setelah dari sana, turis biasanya mengunjungi Monumen Peringatan Yad Vashem dan Museum Israel, yang menyimpan lebih dari 500 ribu barang seni, mulai dari lukisan sampai patung. Beberapa di antaranya merupakan saksi bisu terciptanya kitab suci Injil.

Turis Muslim biasanya mendatangi Masjid Al Aqsa, situs suci setelah masjidil Haram dan Masjid Nabawi. 

Tak berada jauh dari Masjid Al Aqsa, ada Tembok Ratapan bagi pemeluk agama Yahudi.

Kompleks Al Aqsa berada di wilayah Kota Tua Yerusalem. Di kawasan itu ada pula Dome of the Rock atau Kubah Batu yang penting bagi umat Islam, dikenal pula dengan Kompleks Haram al Syarif. Namun bagi umat Yahudi, kompleks ini disebut Temple Mount, situs paling suci bagi mereka.

Dikutip dari AFP, turis yang telah datang ke Yerusalem biasanya tersandera ‘sindrom Yerusalem’, berupa gangguan psikis akibat terpengaruh oleh suasana sakral di sana.

Dr. Grigory Katz, dokter kejiwaan di Yerusalem, mengatakan kalau gangguan psikis mengakibatkan turis merasa dirinya sebagai bagian dari sejarah perkembangan agama dan mereka jadi lebih sering berbicara mengenai agama sepulangnya dari Yerusalem.

Memang tidak semua turis bisa mengalaminya. Namun, jika merasa terkena ‘sindrom Yerusalem’ turis bisa langsung berkonsultasi ke dokter kejiwaan.

Related Posts

Wisata Tiga Religi di Yerusalem
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.