Menelusuri Masjid Tertua Di Sumenep

Masjid Agung Sumenep (Foto: @U-Report )
Jika berkunjung ke Sumenep, jangan lewatkan untuk berkunjung ke masjid tertua disana. Yaitu Masjid Jamik atau Masjid Agung Sumenep. Masjid yang dulunya hanya dikhususkan untuk tempat beribadah penghuni Keraton Sumenep ini ternyata punya keindahan interior dan arsitektur perpaduan berbagai budaya yakni Tiongkok, Eropa, Jawa dan Madura.

Masjid Agung Sumenep adalah masjid yang berada di Sumenep, daerah paling timur Pulau Madura. Berdiri menghadap alun-alun kota Sumenep, yang berada tepat di seberang timur masjid. Masjid Agung Sumenep yang dulunya disebut masjid Jami, menjadi salah satu penanda kota Sumenep.

Letak Masjid ini yang berada tepat ditengah kota Sumenep sangat memudahkan sekali bagi pengunjung yang ingin datang untuk melihat langsung keindahan masjid tertua di Pulau Madura ini. Sangat mudah untuk menemukan lokasi Masjid Jamik Sumenep ini.

RUTE MENUJU MASJID AGUNG SUMENEP

Bagi pengunjung yang berasal dari luar pulau Madura bisa menggunakan angkutan umum untuk bisa sampai ke Sumenep. Dari arah Surabaya, jika naik bus, anda bisa melewati Jembatan Suramadu, sampai akhirnya tiba di terminal Arya Wiraraja Sumenep.

Setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Masjid Jamik Sumenep yang berada di tengah kota dengan angkutan umum, becak ataupun ohek. Tarif yang dipatok tergantung jauhnya jarak tempuh yang akan dilalui.

Maka dari itu disarankan untuk pintar-pintar menawar harga, perkiraan tarif yang bisasa disana sekitar Rp. 15.000 sampai Rp. 25.000 untuk becak ojek menuju Masjid.


UNTUK KELUARGA KRATON

Dulunya, masjid ini dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep, sebagai inisiatif dari Adipati Sumenep, Pangeran Natakusuma I. Menurut catatan sejarah Sumenep, Pembangunan Masjid Jamik Sumenep dimulai pada tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi.

Kemudian Pangeran Natakusuma I memerintahkan Lauw Piango seorang arsitek pada zaman itu untuk membangun kembali masjid untuk diperbesar lagi.

Arsitektur bangunan masjid sendiri,s ecara garis besar banyak dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa dan Madura, salah satunya pada pintu gerbang pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok.

Untuk interiornya, ukiran Jawa dalam pengaruh berbagai budaya menghiasai 10 jendela dan 9 pintu besarnya. Bila diperhatikan ukiran di pintu utama masjid ini dipengaruhi budaya China, dengan penggunaan warna - warna cerah. Disamping pintu depan masjid Sumenep terdapat jam duduk ukuran besar bermerk Jonghans, di atas pintu tersebut terdapat prasasti beraksara Arab dan Jawa.

FILOSOFI GHAFURA


Di dalam masjid terdapat 13 pilar yang begitu besar yang mengartikan rukun sholat. Bagian luar terdapat 20 pilar. Dan 2 tempat khotbah yang begitu indah dan di atas tempat Khotbah tersebut terdapat sebuah pedang yang berasal dari Irak. Awalnya pedang tersebut terdapat 2 buah namun salah satunya hilang dan tidak pernah kembali.

Bagian paling menarik dari Masjid Agung Sumenep ini adalah pintu gerbang masjid yang ternyata juga memiliki filosofi yang menarik sekali. Masjid Jamik dan sekelilingnya memakai pagar tembok dengan pintu gerbang berbentuk gapura. Pintu Masjid Jamik berbentuk Gapura asal kata dari bahasa arab "Ghafura" yang artinya tempat pengampunan. Gapura ini syarat akan ornamen yang mempunyai banyak filosofi sebagai salah satu harapan dari sang Panembahan kepada rakyatnya ketika menjalankan ibadah.

Sumber: diarymasifan

Related Posts

Menelusuri Masjid Tertua Di Sumenep
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.