Tampilkan postingan dengan label Mesir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mesir. Tampilkan semua postingan

Mumi menjerit dipamerkan di Museum Mesir


Melancongyuk - Museum Mesir di Kairo memamerkan "Screaming Mummy" (Mumi Menjerit) putra seorang firaun yang mungkin digantung karena merencanakan pembunuhan ayahnya.

Dijuluki sebagai "the unknown man E" (pria tak dikenal E), mumi yang biasanya tidak dipamerkan itu tampaknya merupakan seorang pria yang meninggal dalam kesakitan.

Kementerian kepurbakalaan Mesir menyatakan analisis DNA mengonfirmasi mumi tersebut adalah putra Ramses III, yang memerintah antara 1186 SM hingga 1155 SM.

Mumi itu menunjukkan tanda-tanda pria yang digantung dan diselimuti kulit domba, yang oleh orang Mesir kuno dianggap nista.

Pentawere, putra Ramses III, dijatuhi hukuman gantung atas keterlibatannya dalam rencana pembunuhan ayahnya menurut catatan papirus kuno mengenai konspirasi itu.

Pentawere berkonspirasi dengan ibunya Tiye, istri kedua Ramses III, untuk membunuh raja.

Tidak diketahui apakah Ramses III terbunuh dalam rencana itu, namun ada indikasi bahwa dia ditikam di leher.

Jimat Mata Horus, yang mewakili penyembuhan dan perlindungan, dipasang di sekitar tenggorokan Ramses III menurut pernyataan kementerian kepurbakalaan Mesir yang dikutip AFP.

Al-Samaha, Sebuah Desa Khusus Perempuan di Mesir


Melancongyuk - Al-Samaha adalah sebuah desa semua perempuan di Mesir. Saat ini lokasi itu rumah bagi sekitar 303 wanita lajang. Seluruh pria dilarang keras masuk. Setiap wanita yang menikah segera diminta untuk pergi. Kota ini terletak di kota Edfu, sekitar 120 kilometer dari kota Aswan selatan.

Desa tersebut diperuntukan pihak pemerintah Mesir kepada janda dan perempuan yang bercerai. Di sana tersedia petak lahan pertanian untuk memungkinkan mereka memelihara unggas dan ternak sebagai sumber pendapatan.

"Proyek desa dimulai pada tahun 1998 ketika Kementerian Pertanian memutuskan untuk mengalokasikan dua desa baru hanya kepada perempuan dan janda yang bercerai,”  kata Hamdi Al-Kashef, supervisor umum desa tersebut kepada Al Arabiya.

Dia menegaskan kembali bahwa para wanita hanya tinggal bersama anak-anaknya, tanpa laki-laki. Setiap keluarga diberi sebuah rumah dan sebidang tanah seluas enam hektar disamping bantuan lebih lanjut oleh pendiri proyek serta pihak organisasi internasionalnya.

Para wanita diberi perabotan dan kebutuhan pokok pertanian. Selain itu mereka diberikan pula beberapa pinjaman jangka pendek. Rumah-rumah bertingkat di desa tersebut telah disubsidi secara finansial oleh pemerintah, sehingga perempuan tersebut dapat membayarnya secara mencicil.
“Saat adanya wanita di sana yang menikah, tanah dan rumah ditarik,” kata Al-Khashef.  Selama in semua tanaman dapat tumbuh dengan pengecualian tebu. Dan  jika terjadi pelanggaran, wanita tersebut tidak lagi diberi pupuk.

Proyek ini bertujuan untuk melestarikan masa depan bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga mereka. Dan juga untuk membantu perempuan yang kini menjadi pencari nafkah tunggal untuk anak-anak mereka. (republika)